ASCII Table and Description
ASCII Table and Description
ASCII stands for American Standard Code for Information Interchange. Computers can only understand numbers, so an ASCII code is the numerical representation of a character such as 'a' or '@' or an action of some sort. ASCII was developed a long time ago and now the non-printing characters are rarely used for their original purpose. Below is the ASCII character table and this includes descriptions of the first 32 non-printing characters. ASCII was actually designed for use with teletypes and so the descriptions are somewhat obscure. If someone says they want your CV however in ASCII format, all this means is they want 'plain' text with no formatting such as tabs, bold or underscoring - the raw format that any computer can understand. This is usually so they can easily import the file into their own applications without issues. Notepad.exe creates ASCII text, or in MS Word you can save a file as 'text only'Extended ASCII Codes
STALKER ITU APA
Stalker
atau dalam bahasa Indonesia adalah Penguntit merupakan perilaku yang
sangat meresahkan bagi para korbannya, bayangkan diri anda diikuti oleh
seseorang tanpa sepengetahuan anda pastilah keadaan ini sangatlah
mengganggu bagi anda sekalian, apalagi sam pai memberikan ancaman dan
juga ketidaknyamanan kepada diri kita. Menurut Dr. J. Reid Moley yang
merupakan seorang penulis dari Violent Attachmentsdan yang juga merupakan
editor dari The Psychology of
Stalkingmengatakan bahwa bentuk cinta patologis biasa
muncul pada kaum pria.Yang mana gejalanya
selalu diikuti oleh gejala sebagai berikut:
1. setelah pertemuan pertama, Stalker akan mengembangkan perasaan seperti kegila-gilaan dan menempatkan objek cinta mereka pada bentuk pemujaan.
2. Sang penguntit stalker kemudian akan memulai pendekatan kepada objek namun ketika hubungan itu terjadi stalker akan membuat perilaku mereka merujuk pada penolakan terhadap sang objek.
3. penolakan yang ia lakukan kemudian akan menimbulkan delusi dan kemudian stalker tersebut akan memproyeksikan persaannya kepada sang objek dalam bentuk keyakinan bahwa “dia mencintai saya juga”.
4. penguntit tersebut akan selalu mengembangkan sebuah bentuk kemarahan untuk menyembunyikan rasa malunya yang merupakan bahan bakar dari pengejaran terhadap objeknya. Sekarang ia ingin mengontrol kepada bentuk gangguan atau bahkan kekerasan.
5. Stalker memiliki keharusan dalam menyalurkan fantasi narsistisnya.
6. kekerasan adalah hal yang paling sering dilakukan ketika objek cinta dituduh bersalah sebagai bentuk dari imajinasi akan pengkhianatan.
Meloy mengatakan bahwa setiap stalker adalah seorang psikopat yang dengan kata lain mereka memiliki taraf empati pada tingkat yang rendah atau telah kehilangan akan empati itu sama sekali. Hubungan yang mereka jalani cenderung menjadi sadistis dikarenakan berdasarkan akan keinginan untuk berkuasa atas yang lainnya. Dikatakan juga bahwa hal ini berhubungan dengan kedekatan awal masa kehidupan yang mereka alami, dimana mereka tidak mendapatkan kasih sayang yang baik dari oragn-orang terdekatnya (keluarga). Meloy juga mengatakan bahwa seorang psikopat secara biologis memiliki predisposisi untuk melakukan aktivitas antisosial karena mereka miliki sistem saraf otonomik yang hiper-reaktif. Kejahatan atau eksploitasi terhadap orang lain bersifat sangat menarik untuk mereka. Yang dengan demikian maka berarti mereka termotivasi untuk melakukan sesuatu yang menegangkan sistem saraf mereka dan mereka tidak memiliki perasaan saat menyakiti orang lain seperti halnya orang normal.
Menurut data Departemen Hukum di Amerika, selama setahun saja mereka telah menerima laporan bahwa 1,5 juta orang disana telah di-stalking dan lebih dari 2/3nya adalah perempuan. Juga fakta bahwa 90% wanita dibunuh oleh suami atau pasangan mereka dengan sebelumnya telah di-stalking. Perbandingannya adalah 1 diantara 12 wanita dan 1 diantara 45 pria merupakan korban stalkingdi Amerika. Diramalkan kira-kira 10 juta orang akan menjadi korban stalker dimasa depan. Sedangkan diantara para selebritis dan orang-orang kelas atas sendiri, satu perusahaan keamanan telah mengumpulkan lebih dari 300.000 komunikasi yang berhubungan dengan kegiatan stalking
Sementara banyak stalker hanya melakukan kejahatan dalam bentuk ancaman, hanya sedikit persentase yang membuktikan mereka melakukan ancaman mereka, menghancurkan properti dan menyakiti hewan peliharaan. Dengan meningkatnya popularitas Internet, Cyberstalking telah menjadi suatu bentuk baru dari lahan yang berbahaya. Banyak Stalker yang sebelumnya telah memiliki catatan kriminal dan juga menunjukkan adanya tindak kekerasan yang pernah dilakukan, gangguan mood, gangguan kepribadian atau juga psikosis. Setidaknya setengah dari stalker melakukan bentuk ancaman kepada korban mereka, dimana peningkatan kemungkinan untuk tindakan kekerasan semakin terjadi. Frekuensi dari tindaka kekerasan berkisar 25% sampai 35%, dengan kebanyakan tindak kekerasan terjadi diantara orang-orang yang sebelumnya memiliki hubungan yang romantis dimasa yang lalu.
Gangguan buruk ini terjadi karena Stress emosional yang hebat kepada target yang akan menjadi korban. Beberapa orang telah kehilangan pekerjaan mereka atau secara terpaksa mengganti identitas diri mereka dan berpindah. Kemungkinan mereka mendapatkan suatu bentuk kecemasan yang ekstrim, gangguan tidur dan juga depresi. Beberapa bahkan melakukan bunuh diri. Jika mereka memiliki anggota keluarga atau anak yang berada dibawah ancaman, mereka akan merasa bersalah dan memiliki rasa takut yang berlebihan kepada orang lain. walaupun kecelakaan ini dilaporkan, namun penahanan secara hukum hanya dapat dilakukan dalam lingkup kecil, terhadap gangguan yang bersifat verbal. Pada kenyataannya beberapa hukum telah digunakan sebagai suatu resiko dasar dari bahaya atau suatu bentuk pola kejadian sebelum perlindungan secara formal ditawarkan.
Tidak mudah untuk memprediksi siapa yang menjadi stalker. Mungkin saja ia adalah bekas pacar atau mungkin juga seseorang biasa yang telah menentukan targetnya dalam sebuah pertemuan dengan calon korban. Juga mungkin tetangga yang memiliki sikap permusuhan, atau seorang penjaga toko video dan mungkin juga hanya seseorang yang hanya pernah melihat korbannya di jalanan. Bahkan seseorang yang tidak memiliki obsesi terhadap tindakan pelecehan sebelumnya dapat menjadi pelaku dalam jenis kejahatan ini. Menurut Janet S. Rulo-Pierson, seorang konselor rumah sakit, hal ini dikarenakan mereka merubah secara perlahan dunia kenyataan ke dunia imajinasi yang ternyata lebih memberikan kenyamanan dan juga kekuatan.
Beberapa sifat-sifat stalker telah dikembangkan dan menurut Dr. Michael Zona dan koleganya dari University Of Southern California School Of Medicine, Stalker muncul dalam 3 varietas dengan corak jahat dalam stalking yang terbagi dalam 4 kategori penting, sebagai berikut:
1. Obsesi Sederhana
Hal ini kebanyakan terjadi pada seorang pria dengan seorang wanita, dimana keduanya pernah berada pada keadaan keintiman seksual.
2. Cinta Obsesional
Cinta-obsesional yang dimiliki seorang Stalker cenderung kepada pemikiran tentang seseorang selebritis atau seseorang yang telah ia lihat dari kejauhan dan kemudian diastalker mengembangkan kepercayaan yang tidak realistis didalam kepalanya bahwa sang target memiliki persetujuan untuk menjalin hubungan dengan dirinya.
3. Erotomania
Seseorang yang mengalami keadaan ini memiliki tingkat obsesi yang lebih ekstrim dikarenakan mereka percaya dengan yakin bahwa korban mereka memiliki perasaan cinta kepada mereka.
4. Pencari Korban Secara Acak
Menuntut gangguan dan perilaku stalking ketika tidak ada, perilaku ini biasanya terjadi pada seseorang yang memiliki gangguan kepribadian histrionik.
Metode lain yang digunakan untuk kategorisasi stalker datang dari panduan klasifikasi tindak kejahatan milik F.B.I, sebagai berikut:
1. Non-domestic stalker, yaitu mereka yang melakukannya dengan tidak memiliki hubungan personal dengan korban.
2. Terorganisir, mereka yang melakukannya atas dasar kalkulasi dan tindak agresi yang terkendali.
3. Delusional, mereka yang melakukannya atas dasar keyakinan sesat seperti erotomania
4. Domestic stalker, mereka yang pernah memiliki hubungan dengan korban dan merasa termotivasi untuk melanjutkan hubungan, hal ini merupakan dasar dari 60% perilaku stalking dan bentuk agresi ini akan berlanjut pada bentuk kekerasan.
Stalker cenderung menjadi tidak terkendali atau dibawah kendali, tetapi selalu lebih cerdik dari pada bentuk kriminal yang lain. mereka sering kali memiliki pengalaman gagal dalam sebuah hubungan. Mereka juga cenderung untuk menyakiti korban mereka dan juga secara seksual. Mereka juga selalu mengidealisasikan orang lain, dan cenderung meminimalisasi apa yang mereka kerjakan untuk terlihat. Proyek yang bermotif kepada orang-orang biasanya tidak memiliki dasar yang benar, dan merasionalisasi bahwa target memang pantas untuk menerima gangguan dan juga kekerasan.
Demikian, stalker melihat aksi mereka dengan kerangka kerja yang berdasarkan pada waham dan mereka juga tidak membutuhkan bantuan saat melakukan aksinya. Bahkan sebagian melakukannya dengan cara yang profesional. setiap pelaku kasus yang ada dalam suatu kejadian sebenarnya dapat diperbaiki dengan menyerahkannya kepada terapis.
1. setelah pertemuan pertama, Stalker akan mengembangkan perasaan seperti kegila-gilaan dan menempatkan objek cinta mereka pada bentuk pemujaan.
2. Sang penguntit stalker kemudian akan memulai pendekatan kepada objek namun ketika hubungan itu terjadi stalker akan membuat perilaku mereka merujuk pada penolakan terhadap sang objek.
3. penolakan yang ia lakukan kemudian akan menimbulkan delusi dan kemudian stalker tersebut akan memproyeksikan persaannya kepada sang objek dalam bentuk keyakinan bahwa “dia mencintai saya juga”.
4. penguntit tersebut akan selalu mengembangkan sebuah bentuk kemarahan untuk menyembunyikan rasa malunya yang merupakan bahan bakar dari pengejaran terhadap objeknya. Sekarang ia ingin mengontrol kepada bentuk gangguan atau bahkan kekerasan.
5. Stalker memiliki keharusan dalam menyalurkan fantasi narsistisnya.
6. kekerasan adalah hal yang paling sering dilakukan ketika objek cinta dituduh bersalah sebagai bentuk dari imajinasi akan pengkhianatan.
Meloy mengatakan bahwa setiap stalker adalah seorang psikopat yang dengan kata lain mereka memiliki taraf empati pada tingkat yang rendah atau telah kehilangan akan empati itu sama sekali. Hubungan yang mereka jalani cenderung menjadi sadistis dikarenakan berdasarkan akan keinginan untuk berkuasa atas yang lainnya. Dikatakan juga bahwa hal ini berhubungan dengan kedekatan awal masa kehidupan yang mereka alami, dimana mereka tidak mendapatkan kasih sayang yang baik dari oragn-orang terdekatnya (keluarga). Meloy juga mengatakan bahwa seorang psikopat secara biologis memiliki predisposisi untuk melakukan aktivitas antisosial karena mereka miliki sistem saraf otonomik yang hiper-reaktif. Kejahatan atau eksploitasi terhadap orang lain bersifat sangat menarik untuk mereka. Yang dengan demikian maka berarti mereka termotivasi untuk melakukan sesuatu yang menegangkan sistem saraf mereka dan mereka tidak memiliki perasaan saat menyakiti orang lain seperti halnya orang normal.
Menurut data Departemen Hukum di Amerika, selama setahun saja mereka telah menerima laporan bahwa 1,5 juta orang disana telah di-stalking dan lebih dari 2/3nya adalah perempuan. Juga fakta bahwa 90% wanita dibunuh oleh suami atau pasangan mereka dengan sebelumnya telah di-stalking. Perbandingannya adalah 1 diantara 12 wanita dan 1 diantara 45 pria merupakan korban stalkingdi Amerika. Diramalkan kira-kira 10 juta orang akan menjadi korban stalker dimasa depan. Sedangkan diantara para selebritis dan orang-orang kelas atas sendiri, satu perusahaan keamanan telah mengumpulkan lebih dari 300.000 komunikasi yang berhubungan dengan kegiatan stalking
Sementara banyak stalker hanya melakukan kejahatan dalam bentuk ancaman, hanya sedikit persentase yang membuktikan mereka melakukan ancaman mereka, menghancurkan properti dan menyakiti hewan peliharaan. Dengan meningkatnya popularitas Internet, Cyberstalking telah menjadi suatu bentuk baru dari lahan yang berbahaya. Banyak Stalker yang sebelumnya telah memiliki catatan kriminal dan juga menunjukkan adanya tindak kekerasan yang pernah dilakukan, gangguan mood, gangguan kepribadian atau juga psikosis. Setidaknya setengah dari stalker melakukan bentuk ancaman kepada korban mereka, dimana peningkatan kemungkinan untuk tindakan kekerasan semakin terjadi. Frekuensi dari tindaka kekerasan berkisar 25% sampai 35%, dengan kebanyakan tindak kekerasan terjadi diantara orang-orang yang sebelumnya memiliki hubungan yang romantis dimasa yang lalu.
Gangguan buruk ini terjadi karena Stress emosional yang hebat kepada target yang akan menjadi korban. Beberapa orang telah kehilangan pekerjaan mereka atau secara terpaksa mengganti identitas diri mereka dan berpindah. Kemungkinan mereka mendapatkan suatu bentuk kecemasan yang ekstrim, gangguan tidur dan juga depresi. Beberapa bahkan melakukan bunuh diri. Jika mereka memiliki anggota keluarga atau anak yang berada dibawah ancaman, mereka akan merasa bersalah dan memiliki rasa takut yang berlebihan kepada orang lain. walaupun kecelakaan ini dilaporkan, namun penahanan secara hukum hanya dapat dilakukan dalam lingkup kecil, terhadap gangguan yang bersifat verbal. Pada kenyataannya beberapa hukum telah digunakan sebagai suatu resiko dasar dari bahaya atau suatu bentuk pola kejadian sebelum perlindungan secara formal ditawarkan.
Tidak mudah untuk memprediksi siapa yang menjadi stalker. Mungkin saja ia adalah bekas pacar atau mungkin juga seseorang biasa yang telah menentukan targetnya dalam sebuah pertemuan dengan calon korban. Juga mungkin tetangga yang memiliki sikap permusuhan, atau seorang penjaga toko video dan mungkin juga hanya seseorang yang hanya pernah melihat korbannya di jalanan. Bahkan seseorang yang tidak memiliki obsesi terhadap tindakan pelecehan sebelumnya dapat menjadi pelaku dalam jenis kejahatan ini. Menurut Janet S. Rulo-Pierson, seorang konselor rumah sakit, hal ini dikarenakan mereka merubah secara perlahan dunia kenyataan ke dunia imajinasi yang ternyata lebih memberikan kenyamanan dan juga kekuatan.
Beberapa sifat-sifat stalker telah dikembangkan dan menurut Dr. Michael Zona dan koleganya dari University Of Southern California School Of Medicine, Stalker muncul dalam 3 varietas dengan corak jahat dalam stalking yang terbagi dalam 4 kategori penting, sebagai berikut:
1. Obsesi Sederhana
Hal ini kebanyakan terjadi pada seorang pria dengan seorang wanita, dimana keduanya pernah berada pada keadaan keintiman seksual.
2. Cinta Obsesional
Cinta-obsesional yang dimiliki seorang Stalker cenderung kepada pemikiran tentang seseorang selebritis atau seseorang yang telah ia lihat dari kejauhan dan kemudian diastalker mengembangkan kepercayaan yang tidak realistis didalam kepalanya bahwa sang target memiliki persetujuan untuk menjalin hubungan dengan dirinya.
3. Erotomania
Seseorang yang mengalami keadaan ini memiliki tingkat obsesi yang lebih ekstrim dikarenakan mereka percaya dengan yakin bahwa korban mereka memiliki perasaan cinta kepada mereka.
4. Pencari Korban Secara Acak
Menuntut gangguan dan perilaku stalking ketika tidak ada, perilaku ini biasanya terjadi pada seseorang yang memiliki gangguan kepribadian histrionik.
Metode lain yang digunakan untuk kategorisasi stalker datang dari panduan klasifikasi tindak kejahatan milik F.B.I, sebagai berikut:
1. Non-domestic stalker, yaitu mereka yang melakukannya dengan tidak memiliki hubungan personal dengan korban.
2. Terorganisir, mereka yang melakukannya atas dasar kalkulasi dan tindak agresi yang terkendali.
3. Delusional, mereka yang melakukannya atas dasar keyakinan sesat seperti erotomania
4. Domestic stalker, mereka yang pernah memiliki hubungan dengan korban dan merasa termotivasi untuk melanjutkan hubungan, hal ini merupakan dasar dari 60% perilaku stalking dan bentuk agresi ini akan berlanjut pada bentuk kekerasan.
Stalker cenderung menjadi tidak terkendali atau dibawah kendali, tetapi selalu lebih cerdik dari pada bentuk kriminal yang lain. mereka sering kali memiliki pengalaman gagal dalam sebuah hubungan. Mereka juga cenderung untuk menyakiti korban mereka dan juga secara seksual. Mereka juga selalu mengidealisasikan orang lain, dan cenderung meminimalisasi apa yang mereka kerjakan untuk terlihat. Proyek yang bermotif kepada orang-orang biasanya tidak memiliki dasar yang benar, dan merasionalisasi bahwa target memang pantas untuk menerima gangguan dan juga kekerasan.
Demikian, stalker melihat aksi mereka dengan kerangka kerja yang berdasarkan pada waham dan mereka juga tidak membutuhkan bantuan saat melakukan aksinya. Bahkan sebagian melakukannya dengan cara yang profesional. setiap pelaku kasus yang ada dalam suatu kejadian sebenarnya dapat diperbaiki dengan menyerahkannya kepada terapis.
BEGO,TOLOL,,GOBLOK
Jangan heran bila di Indonesia Anda sering mendengar
ketiga kata di atas digunakan dalam percakapan sehari-hari, khususnya
untuk penggunaan kata ‘bego‘. Bagi penutur asing hal ini dapat terdengar janggal atau membingungkan. Apakah hal ini sopan untuk digunakan?
Mungkin seperti penggunaan kata stupid yang kadang diterima oleh orang lain sebagai suatu hal yang bisa membuat dirinya tersinggung. Tergantung pada siapa lawan bicara kita. Mungkin saja bila Anda menggunakan kata stupid di kalangan teman pergaulan atau antara sesama saudara dekat, mungkin tidak akan menimbulkan masalah.
Saya pernah kehilangan seorang teman baik, hanya karena sambil bercanda saya mengatakan bahwa dirinya stupid di depan orang lain. Saya kaget karena ternyata dia sangat marah sekali. Dia tersinggung dan sulit memaafkan saya. Wah.. ternyata saya telah salah menggunakan kata itu. Mungkin karena dia wanita dan pernah bersekolah di Amerika, dia tahu betul tata krama menggunakan kata stupid. Padahal, seorang kakak sepupu saya kalau bercanda sering menggunakan kata stupid atau so silly kepada saya. Dimana saya tahu bahwa dia lahir di Itali dan besar di Amerika. So what’s wrong with the word stupid?
Nah mungkin sama dengan kata-kata ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ tadi. Hati-hatilah bila menggunakannya di kalangan orang Indonesia. Dengan teman dekat kata ‘bego‘ mungkin masih bisa diterima. Tetapi kata-kata ‘tolol‘ dan ‘goblok‘, waah bisa menimbulkan masalah seperti yang saya alami tadi.
Kata ‘bego‘, lebih sering digunakan untuk menandakan situasi seseorang yang telah melakukan suatu tindakan bodoh. Seperti melakukan tindakan yang tidak sopan dan bodoh di muka umum, bisa dibilang sebagai orang ‘bego‘. Lebih bersifat untuk keadaan yang tidak disadari oleh pelakunya. Merokok di dalam kendaraan umum bagi sebagian orang bisa dibilang ‘bego‘ juga bisa ‘tolol‘. Sebab masih ada orang yang tidak ‘menyadari’ bahwa merokok di tempat umum yang tertutup sangat mengganggu orang lain. Bagi yang tidak sadar ya ‘bego‘, tetapi bagi yang melakukannya dengan sengaja dan tahu itu dilarang adalah ‘tolol‘ dan juga ‘goblok‘. Apalagi kalau ada tanda ‘No Smoking’.
Kalau pegawai Anda melakukan kesalahan, di dalam rapat sambil bercanda masih bisa Anda meledeknya ‘bego‘. Seperti; “Aah…bisa kirim e-mail, tetapi salah alamat, itu sih artinya kamu ‘bego‘.” Ini masih lebih ‘sopan’ dari pada Anda mengatakan dia ‘tolol‘ atau ‘goblok‘. Terutama kalau di depan forum rapat kantor. Penggunaan kata ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ sebaiknya tidak digunakan di depan umum.
Anda bisa menggunakan kata ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ untuk berbicara pada orang yang lebih rendah usia, status ataupun jabatannya. Kepada teman akrab juga masih boleh, tetapi kalau teman Anda seperti teman saya tadi yang mudah tersinggung, ya maaf saja. Itulah resikonya. Sebaiknya gunakan saja kata ‘bego‘ untuk sesama teman. Hal ini sudah sangat biasa bagi kalangan remaja.
Meledek atau menasehati menggunakan kata ‘bego‘ adalah hal yang wajar bagi mereka.
Kata ‘tolol‘, tidak selalu digunakan untuk memaki. Menasehati karyawan yang bodoh sambil bercakap-cakap berdua dengannya, masih bisa Anda gunakan kata ‘tolol‘. Misalkan; “hayoo…sebagai manajer jangan ‘bego‘, saya perhatikan kamu terlalu sering melakukan ke-’tolol‘-an.” (Cmon’ as a manager, don’t be so silly, I’ve seen many times that you use to do something stupid..”) Nah kata ‘tolol‘ disini diperhalus dengan maksud bahwa orang yang kita ajak bicara sebetulnya ya ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘. Tetapi disampaikan dengan cara yang lebih manusiawi.
Beberapa hari yang lalu, ketika jalan tol sedang ramai pada saat jam pulang kerja, sebuah mobil patroli Polisi dengan seenaknya menyalip mobil saya. Karena lalu lintas ramai, sehabis menyalip, terus dia rem mendadak. Kaget dan kesal melihat kelakuannya saya membunyikan klakson sambil memaki “Tolol…kamu..!!!” Menyadari tingkahnya yang termasuk kategori’bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ dia pun dengan santai melambaikan tangan tanda meminta maaf. Saya pun sadar, kalau saja sampai polisi ‘bego‘ ini marah karena saya memakinya dengan kata ‘tolol‘, saya pun akan meminta maaf. Heheheee…, tetapi itulah kata yang pantas untuk tingkahnya yang tidak sopan itu.
Ada keadaan yang sangat ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘, yang pantas saya ceritakan disini. Bahwa saya berlangganan fasilitas internet untuk telepon selular saya. Fasilitasnya ini berbayar dengan biaya yang dipotong dari pulsa telepon saya, setiap harinya dipotong sebesar X Rupiah. Fine, internetnya bagus, pulsa dipotong juga saya sudah tahu dan wajib untuk hal itu. No problem at all.
Tetapi ada satu hal yang SANGAT mengganggu saya. Setiap malam, antara jam 01.00 – 04.00 ada short message service (sms) dari operator tersebut yang mengatakan bahwa; “Pulsa Anda telah terpotong X Rupiah untuk penggunaan fasilitas internet bla…bla…blaaaa” Bayangkan, Anda sedang enak-enaknya tidur, ada sms yang isinya sama setiap tengah malam. Anda sudah tahu, tetapi dengan terpaksa tetap harus melihat ke telepon selular Anda untuk bisa tahu ada sms dari siapa ya..?
Kondisi ini sudah saya keluhkan (complain) ke bagian Customer Service. Bukan sekali mengeluh, tetapi 3 (tiga) kali. Tetapi operator selular yang ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ ini tetap mengirim sms yang sama tiap tengah malam. Lebih ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ lagi, setiap siang hari, ada sms lain lagi yang isinya; “Pastikan pulsa Anda mencukupi untuk melanjutkan fasilitas internet esok hari bla…blaaa…blaaa…” Aduuuuh…setiap hari saya terkena serangan Migrain..!!!
Ilustrasi cerita diatas sekedar memberi contoh, bagaimana sebuah Operator Selular, yang memilki Direktur, Manager sampai ke Kepala Bagian Tehnik begitu pantas untuk dikatakan ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘. Mereka membuat program sms pemberitahuan di waktu orang tidur. Mungkin mereka pikir, semua pengguna internet di Indonesia itu tidak pernah tidur di malam hari. Saya tidak tahu kalau di negara Anda sudah berapa ratus ribu dolar yang bisa Anda tuntut ke mereka.
Nah, jadi kalau ada kesalahan yang sama Anda lakukan terus menerus, pasti ada kata-kata ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘, yang mungkin ditujukan ke diri Anda. Saya pernah salah makan roti memakai Bumbu Kacang (Peanut Sauce) untuk makanan Gado-Gado. Tadinya saya pikir itu adalah Selai Kacang (Peanut Butter). Pantas rasanya aneh, walaupun bentuk dan warnanya sama. Istri saya terbahak-bahak sambil meledek saya sebagai orang tua ‘bego‘.
Tadi, Office Boy di kantor, kami suruh untuk membeli makan siang. Rekan kerja saya, Pak Tri Joko pesan Sate Ayam plus Sop Kambing. Saya sendiri pesan Sate Kambing dan Sop apa saja. Pesanan untuk 4 orang. Dia bertanya; “Semua Pakai Nasi..?” Serempak kami jawab “Yaaaa Iyaaaaa laaaah..!!!.”. waktu dia kembali dan menata makan siang yang lezat itu, ternyata hasilnya semua sate plus nasi serta semua sop juga dilengkapi nasi. Nah inilah yang bisa disebut ‘bego‘. Akhirnya kami semua ‘mati kekenyangan’ karena harus menghabiskan 8 bungkus nasi. Akibatnya muka kami jadi ikut ‘bego‘ karena ngantuk….hooaaaaaacccchhh….
Mungkin seperti penggunaan kata stupid yang kadang diterima oleh orang lain sebagai suatu hal yang bisa membuat dirinya tersinggung. Tergantung pada siapa lawan bicara kita. Mungkin saja bila Anda menggunakan kata stupid di kalangan teman pergaulan atau antara sesama saudara dekat, mungkin tidak akan menimbulkan masalah.
Saya pernah kehilangan seorang teman baik, hanya karena sambil bercanda saya mengatakan bahwa dirinya stupid di depan orang lain. Saya kaget karena ternyata dia sangat marah sekali. Dia tersinggung dan sulit memaafkan saya. Wah.. ternyata saya telah salah menggunakan kata itu. Mungkin karena dia wanita dan pernah bersekolah di Amerika, dia tahu betul tata krama menggunakan kata stupid. Padahal, seorang kakak sepupu saya kalau bercanda sering menggunakan kata stupid atau so silly kepada saya. Dimana saya tahu bahwa dia lahir di Itali dan besar di Amerika. So what’s wrong with the word stupid?
Nah mungkin sama dengan kata-kata ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ tadi. Hati-hatilah bila menggunakannya di kalangan orang Indonesia. Dengan teman dekat kata ‘bego‘ mungkin masih bisa diterima. Tetapi kata-kata ‘tolol‘ dan ‘goblok‘, waah bisa menimbulkan masalah seperti yang saya alami tadi.
Kata ‘bego‘, lebih sering digunakan untuk menandakan situasi seseorang yang telah melakukan suatu tindakan bodoh. Seperti melakukan tindakan yang tidak sopan dan bodoh di muka umum, bisa dibilang sebagai orang ‘bego‘. Lebih bersifat untuk keadaan yang tidak disadari oleh pelakunya. Merokok di dalam kendaraan umum bagi sebagian orang bisa dibilang ‘bego‘ juga bisa ‘tolol‘. Sebab masih ada orang yang tidak ‘menyadari’ bahwa merokok di tempat umum yang tertutup sangat mengganggu orang lain. Bagi yang tidak sadar ya ‘bego‘, tetapi bagi yang melakukannya dengan sengaja dan tahu itu dilarang adalah ‘tolol‘ dan juga ‘goblok‘. Apalagi kalau ada tanda ‘No Smoking’.
Kalau pegawai Anda melakukan kesalahan, di dalam rapat sambil bercanda masih bisa Anda meledeknya ‘bego‘. Seperti; “Aah…bisa kirim e-mail, tetapi salah alamat, itu sih artinya kamu ‘bego‘.” Ini masih lebih ‘sopan’ dari pada Anda mengatakan dia ‘tolol‘ atau ‘goblok‘. Terutama kalau di depan forum rapat kantor. Penggunaan kata ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ sebaiknya tidak digunakan di depan umum.
Anda bisa menggunakan kata ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ untuk berbicara pada orang yang lebih rendah usia, status ataupun jabatannya. Kepada teman akrab juga masih boleh, tetapi kalau teman Anda seperti teman saya tadi yang mudah tersinggung, ya maaf saja. Itulah resikonya. Sebaiknya gunakan saja kata ‘bego‘ untuk sesama teman. Hal ini sudah sangat biasa bagi kalangan remaja.
Meledek atau menasehati menggunakan kata ‘bego‘ adalah hal yang wajar bagi mereka.
Kata ‘tolol‘, tidak selalu digunakan untuk memaki. Menasehati karyawan yang bodoh sambil bercakap-cakap berdua dengannya, masih bisa Anda gunakan kata ‘tolol‘. Misalkan; “hayoo…sebagai manajer jangan ‘bego‘, saya perhatikan kamu terlalu sering melakukan ke-’tolol‘-an.” (Cmon’ as a manager, don’t be so silly, I’ve seen many times that you use to do something stupid..”) Nah kata ‘tolol‘ disini diperhalus dengan maksud bahwa orang yang kita ajak bicara sebetulnya ya ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘. Tetapi disampaikan dengan cara yang lebih manusiawi.
Beberapa hari yang lalu, ketika jalan tol sedang ramai pada saat jam pulang kerja, sebuah mobil patroli Polisi dengan seenaknya menyalip mobil saya. Karena lalu lintas ramai, sehabis menyalip, terus dia rem mendadak. Kaget dan kesal melihat kelakuannya saya membunyikan klakson sambil memaki “Tolol…kamu..!!!” Menyadari tingkahnya yang termasuk kategori’bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ dia pun dengan santai melambaikan tangan tanda meminta maaf. Saya pun sadar, kalau saja sampai polisi ‘bego‘ ini marah karena saya memakinya dengan kata ‘tolol‘, saya pun akan meminta maaf. Heheheee…, tetapi itulah kata yang pantas untuk tingkahnya yang tidak sopan itu.
Ada keadaan yang sangat ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘, yang pantas saya ceritakan disini. Bahwa saya berlangganan fasilitas internet untuk telepon selular saya. Fasilitasnya ini berbayar dengan biaya yang dipotong dari pulsa telepon saya, setiap harinya dipotong sebesar X Rupiah. Fine, internetnya bagus, pulsa dipotong juga saya sudah tahu dan wajib untuk hal itu. No problem at all.
Tetapi ada satu hal yang SANGAT mengganggu saya. Setiap malam, antara jam 01.00 – 04.00 ada short message service (sms) dari operator tersebut yang mengatakan bahwa; “Pulsa Anda telah terpotong X Rupiah untuk penggunaan fasilitas internet bla…bla…blaaaa” Bayangkan, Anda sedang enak-enaknya tidur, ada sms yang isinya sama setiap tengah malam. Anda sudah tahu, tetapi dengan terpaksa tetap harus melihat ke telepon selular Anda untuk bisa tahu ada sms dari siapa ya..?
Kondisi ini sudah saya keluhkan (complain) ke bagian Customer Service. Bukan sekali mengeluh, tetapi 3 (tiga) kali. Tetapi operator selular yang ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ ini tetap mengirim sms yang sama tiap tengah malam. Lebih ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘ lagi, setiap siang hari, ada sms lain lagi yang isinya; “Pastikan pulsa Anda mencukupi untuk melanjutkan fasilitas internet esok hari bla…blaaa…blaaa…” Aduuuuh…setiap hari saya terkena serangan Migrain..!!!
Ilustrasi cerita diatas sekedar memberi contoh, bagaimana sebuah Operator Selular, yang memilki Direktur, Manager sampai ke Kepala Bagian Tehnik begitu pantas untuk dikatakan ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘. Mereka membuat program sms pemberitahuan di waktu orang tidur. Mungkin mereka pikir, semua pengguna internet di Indonesia itu tidak pernah tidur di malam hari. Saya tidak tahu kalau di negara Anda sudah berapa ratus ribu dolar yang bisa Anda tuntut ke mereka.
Nah, jadi kalau ada kesalahan yang sama Anda lakukan terus menerus, pasti ada kata-kata ‘bego‘, ‘tolol‘ atau ‘goblok‘, yang mungkin ditujukan ke diri Anda. Saya pernah salah makan roti memakai Bumbu Kacang (Peanut Sauce) untuk makanan Gado-Gado. Tadinya saya pikir itu adalah Selai Kacang (Peanut Butter). Pantas rasanya aneh, walaupun bentuk dan warnanya sama. Istri saya terbahak-bahak sambil meledek saya sebagai orang tua ‘bego‘.
Tadi, Office Boy di kantor, kami suruh untuk membeli makan siang. Rekan kerja saya, Pak Tri Joko pesan Sate Ayam plus Sop Kambing. Saya sendiri pesan Sate Kambing dan Sop apa saja. Pesanan untuk 4 orang. Dia bertanya; “Semua Pakai Nasi..?” Serempak kami jawab “Yaaaa Iyaaaaa laaaah..!!!.”. waktu dia kembali dan menata makan siang yang lezat itu, ternyata hasilnya semua sate plus nasi serta semua sop juga dilengkapi nasi. Nah inilah yang bisa disebut ‘bego‘. Akhirnya kami semua ‘mati kekenyangan’ karena harus menghabiskan 8 bungkus nasi. Akibatnya muka kami jadi ikut ‘bego‘ karena ngantuk….hooaaaaaacccchhh….
TEST MATA ANDA
Jika sobat melihatnya bergerak searah jarum jam, berarti penggunaan otak kanan sobat yang lebih dominan. Sebaliknya, jika sobat melihatnya bergerak berlawanan arah jarum jam, berarti sobat cenderung menggunakan otak kiri.
Menurut penelitian mengatakan bahwa orang yang cenderung menggunakan otak kiri lebih bersifat logis, rasional, analitis dan sangat objektif. Dalam melihat sesuatu hal mereka juga lebih terinci atau detail.
Sedangkan orang yang cenderung menggunakan otak kanan memiliki pola berfikir yang lebih bersifat intuitif, kreatif, emosional dan subjektif. Dan mereka lebih cenderung berpikir holistik, artinya lebih melihat sesuatu hal secara keseluruhan.
Sekarang tes mata sobat serta tingkat daya berhitung sobat.
Perhatikan gambar di bawah ini, ada berapa jumlahnya 12 atau 13 ???
Kesimpulannya 12 atau 13 sie ???
Sekarang tes buta warna.
Kira-kira masih waraskah mata sobat untuk melihat warna di sekitar sobat ???
Jawabannya :
1. 12
2. 8 (bagi yang mempunyai kondisi buta warna merah-hijau akan membaca nomor 3)
3. 74 (bagi yang mempunyai kondisi buta warna merah-hijau akan membaca nomor 21)
4. 6
5. 5
6. Mata yang ‘normal’ dan bagi mereka yang buta warna total tidak akan dapat melihat nomor apapun di sini tetapi bagi yang mempunyai kondisi merah-hijau akan melihat angka 5)
Buta warna banyak menimpa pada kaum laki-laki, dan tidak pada wanita, mengapa? karena, wanita memiliki sejenis anti yg bisa menolak turunan genetik ini. namun, walaupun tidak muncul pada wanita, tetapi wanita tetap memiliki posisi sebagai pembawa sifat keturunan ini. akibatnya besar kemungkinan bagi wanita yg memiliki sifat buta warna akan mewariskan gen ini kepada anaknya yg laki-laki…
Tes mata dan tingkat kepekaan perasaan.
Tes mata berikut ini berfungsi untuk mengukur tingkat kejelian mata dan rasa emosional pada diri sobat.
Pengertian Tawakal
Tingkatan-tingkatan tawakal antara lain: tawakal level awwam, tawakal khawas, tawakal khawasul khawas.
Tawakal berasal dari kata “wakal” yang berarti “mewakilkan”. “Tawakkal” berarti memberikan perwakilan, kepasrahan, dan penyerahan diri kita kepada Allah. “Tawakkal” ialah menyamakan yang ada pada diri manusia, banyak ataupun sedikit.
Dengan kata lain, sepanjang kita masih mau membedakan yang banyak dan yang sedikit di dalam diri kita, maka kita bukanlah orang yang bertawakal. Biasanya kalau kita diberikan banyak, maka kita berterima kasih, tetapi jika diberi sedikit ataupun tak diberi, maka kita mengeluh. Kata-kata banyak dan sedikit bagi orang yang sudah bertawakal kepada Allah tidak lagi menjadi signifikan. Sudahkah kita seperti ini?
Pendapat lain menyatakan, bahwa tawakal adalah menanggalkan keinginan yang bersifat abstrak.
Ada orang yang hidup dengan angan-angan, bercita-cita untuk menjadi ini dan itu. Orang yang bertawakal takkan dibuai oleh angan-angan. Orang yang bertawakal angan-angannya hanyalah ingin menyerahkan dirinya dan Allah menerima dirinya.
Tawakal ialah ketetapan seorang hamba bersama Allah tanpa ketergantungan. Kalau kita masih tergantung kepada makhluk Allah, maka ini bukanlah tawakal.
Seorang istri takkan menggantungkan nasib sepenuhnya kepada suaminya. Demikian pula sebaliknya. Seorang karyawan takkan menggantungkan diri sepenuhnya kepada pimpinannya. Dia tergantung sepenuhnya kepada Allah.
Tawakal ialah menyempurnakan keyakinan kepada Allah. Keyakinan itu takkan terjadi kecuali dengan berbaik sangka kepada Allah, dan mempercayai sepenuhnya terhadap rezeki yang dijanjikan, serta meridhai terhadap ketentuan yang berlaku dari qadha’ dan qadarnya. Jika keyakinan seperti ini sudah sempurna di dalam hati kita, maka inilah yang dinamakan sebagai “tawakkal”.
Selama kita masih mengira-ngira negatif terhadap qadha’ dan qadar Tuhan, berburuk sangka terhadap Tuhan, kecewa terhadap pemberian Tuhan, maka kita tidak termasuk sebagai orang yang “mutawakkilin”.
Tawakal ialah menyempurnakan keyakinan kepada Allah. Kalangan para sufi menganggap, bahwa tawakal adalah “maqam puncak” (anak tangga puncak).
Ada suatu riwayat:
Hasan saudara Sinan mengatakan, sudah empat belas kali aku melaksanakan ibadah haji dengan kaki telanjang bertawakal. Kakiku tertusuk duri, namun aku tidak mencabutnya agar tidak merusak tawakal.
Jangan menggunakan akal untuk mencerna riwayat ini. Yang pasti, kita tidak akan melakukan hal seperti ini. Akal kita mengatakan, bahwa ini adalah orang gila. Namun buktinya, ternyata orang ini tidak merasa sakit, bahkan ia tidak cacat sedikit pun, ia telah bersahabat dengan duri yang menusuknya.
Ada suatu rombongan dari Syam datang ke seorang ulama bernama Bisyr Al-Hafi. Mereka meminta ikut beribadah haji bersama Bisyr. Lalu dijawab oleh Bisyr, bahwa ia mau asalkan mereka akan ikut dengan yang disyaratkannya. Ada tiga persyaratan yang diajukan oleh Bisyr: Pertama, kita tidak boleh membawa perbekalan apapun. Kedua, kita tidak boleh meminta apapun kepada siapapun. Ketiga, kita tidak boleh menerima apapun dari siapapun.
Rombongan dari Syam itu kemudian berkata, bahwa syarat pertama dan kedua sanggup mereka terima. Sedangkan syarat ketiga tak sanggup mereka laksanakan. Maka Bisyr Al-Hafi mengatakan, “Kalau begitu, kalian ini adalah orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dengan tawakal pada perbekalan haji, tidak tawakal kepada Allah.”
Itulah sebabnya, masih banyak di lingkungan Ka’bah orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa, karena menganggap itu adalah Kota Tuhan. Tidak mungkin ada orang yang mati kelaparan kalau ia berangkat dengan tawakal, karena Mekah adalah kota berkah.
Abu Hamzah Al-Khurasani mengatakan:
Suatu saat aku pergi melaksanakan ibadah haji. Di tengah perjalanan, aku terjatuh ke dalam sebuah sumur. Nafsuku mendesak agar aku meminta tolong, namun aku tidak melakukannya, karena aku pasrah untuk menyerahkan segala jiwa ragaku untuk mencari ridha Allah di tanah suci. Begitu aku berpikir demikian, maka lewatlah dua orang laki-laki di pinggir lubang sumur. Salah seorang di antaranya berkata kepada temannya, “Mari kita tutup lubang sumur ini agar tidak ada orang yang terjatuh ke dalamnya!” Temannya kemudian menyetujui hal itu.
Aku ingin berteriak, tetapi aku berkata kepada nafsuku, bahwa aku hanya akan berteriak kepada Dia (Allah) yang lebih dekat kepadaku daripada dua orang itu. Lalu aku terdiam saja hingga mulut sumur itu ditutupi, kemudian dua orang itu pergi.
Satu jam kemudian, aku mendengarkan suara sesuatu yang berisik yang berusaha untuk membuka penutup sumur itu, kemudian mengulur-ngulurkan kakinya ke dalam sumur, sambil ia berkata kepadaku dengan berbisik lembut, “Berpeganglah pada kakiku!”
Lalu aku pun berpegang pada kakinya, dan ia mengeluarkanku dari sumur itu. Ternyata yang mengeluarkanku dari sumur itu adalah seekor binatang buas. Setelah itu, ia pergi dan meninggalkanku. Tiba-tiba aku mendengarkan suara entah dari mana, “Wahai Abu Hamzah, bagaimana pendapatmu? Kami telah menyelamatkanmu dari kebinasaan dengan kebinasaan.”
Sumur membinasakan, seandainya tidak diangkat secepatnya, maka Abu Hamzah akan kehabisan oksigen. Tapi dia diangkat oleh kebinasaan, karena binatang buas yang kelaparan seperti itu memang mencari manusia untuk dimangsa, namun ternyata binatang buas itulah yang menolongnya.
Keajaiban seperti ini pernah kita alami. Ketika kita pernah mencapai suatu puncak tawakal, tidak semua urusan kita itu tawakal puncak kepada Allah. Tetapi insya Allah di antara kita mungkin pernah ada yang mencapai puncak tawakalnya kepada Allah, dan pada saat itu juga Tuhan memberikan keajaiban kepadanya.
Tuhan tidak pernah mengecewakan kekasihnya. Karena itu, jadilah kekasih Tuhan.
Ada yang mengatakan, bahwa berdiam diri: tafakkur, tazakkur, dan pasrah, termasuk juga tidak berdoa terhadap jalan keputusan Allah, maka adalah lebih sempurna, rela menerima apa yang sudah berlalu daripada memilih dan mengikuti hak dan hasrat kemauannya.
Orang yang terlalu banyak berdoa jangan sampai tidak pernah melakukan tazakkur dan tafakkur. Biasanya, orang yang banyak tafakkur itu materi doanya kurang. Biasanya, orang yang banyak materi doanya itu kurang tafakkurnya.
Seandainya ada pilihan, lebih baik mana kita memperdalam tafakkur dan tazakkur kepada Allah, memasrahkan dan menyerahkan diri menyebut nama-Nya dibandingkan berdoa sebanyak-banyaknya?
Ternyata, lebih baik tafakkur sebanyak-banyaknya dibandingkan berdoa sebanyak-banyaknya. Dalam suatu hadis shahih disebutkan:
Barangsiapa lebih sibuk berzikir kepada-Ku daripada berdoa, niscaya Aku akan memberikan yang lebih utama daripada yang diberikan kepada orang-orang yang meminta kepada-Ku.
Berdoa itu mulia. Tetapi jauh lebih mulia kalau kita berzikir dan bertafakkur kepada-Nya. Yang keluar dari mulut orang-orang yang mencari Tuhan itu sesungguhnya bukanlah doa, melainkan munajjat.
Munajjat itu misalkan permohonan doanya paling-paling hanya satu dua buah saja, yang banyak itu adalah penyerahan dirinya kepada Tuhan, kepasrahan dirinya kepada Tuhan, memuji-muji Tuhannya, merindukan Tuhannya, merindukan Nabinya, memohon agar rindunya terhadap Rasulullah disampaikan oleh Allah. Yang sering keluar adalah permohonan pengampunan dosa. Mana ada doa-doa para wali yang meminta kendaraan mewah, yang meminta jabatan seperti halnya kita. Bagi mereka, itu adalah sampah-sampah dunia yang tidak mesti kita rindukan. Permintaan yang paling mulia ialah tafarruq ilallah (mendekatkan diri kita kepada Allah).
Jangan sampai doa yang kita panjatkan kepada-Nya itu didikte oleh hawa nafsu kita. Pekerjaannya rasio adalah selalu meminta hal-hal yang materialistis, juga kepuasan biologis. Pekerjaan nafsu adalah selalu ingin puas dengan seleranya, sehingga rohaninya tidak pernah kebagian konsumsi. Konsumsi rohani adalah tafarruq ilallah (kedekatan diri dengan Allah).
Mungkin kita memang masih jauh kelas tawakal seperti ini. Tetapi, paling tidak kita tahu, bahwa sudah ada orang yang sampai ke tingkat tawakal yang tinggi. Dan orang yang sudah sampai ke tingkat tawakal yang tinggi ini sudah begitu banyaknya. Dengan demikian, setidaknya dalam diri kita ada prinsip “mengapa mereka bisa, kita tidak bisa?” Tidak ada dispensasi Tuhan bahwa orang yang bisa tawakal hingga tingkat yang tinggi itu hanya para nabi. Siapapun anak cucu Adam bisa naik ke jenjang puncak tawakal. Tidak peduli miskin, tidak peduli kaya, melainkan siapapun bisa.
Ada sahabat Rasulullah yang bernama Sahal, ia ditanya tentang tawakal.
“Apakah serendah-rendahnya tawakal?”
Dijawab oleh Sahal, “Meninggalkan anak-anak.”
Ditanya lagi, “Apakah tawakal yang sedang?”
Jawabnya, “Meninggalkan ikhtiar.”
Kemudian ditanya lagi, “Apakah tawakal yang tertinggi?”
“Tidak ada yang mengetahuinya, kecuali orang yang telah sampai di tengahnya tawakal.”
Sepanjang kita masih dipenuhi oleh angan-angan, apalagi angan-angan duniawi, meskipun itu hak kita, dan itu tidak terlarang, tetapi kalau angan-angan itu memadati pikiran kita, memadati benak kita, maka salat tahajud kita di tengah malam pun sepertinya tak ada gunanya jika dilihat dari perspektif tasawuf.
Seharusnya yang kita ingat hanya Allah yang berdekatan dengan kita di tengah malam itu, namun mengapa yang kita ingat terus malahan adalah angan-angan duniawi itu?
Sudah lupa berapa rakaat yang kita lakukan. Bukan lupa karena ingat Tuhan, melainkan lupa karena angan-angan di dalam benaknya itu dipakai salat tahajud, sehingga salat tahajudnya itu entah ke mana perhatiannya. Begitu juga ketika ia melakukan ibadah yang lain, tetap saja tidak mempan untuk mendekatkan diri dengan Allah, karena dia terhijab (terdinding) oleh angan-angannya itu, walaupun angan-angan itu mulia baginya dan tidak haram. Lebih celaka lagi kalau angan-angannya itu adalah angan-angan yang haram. Isi salat tahajudnya adalah angan-angan, sampah-sampah duniawi, sedangkan Tuhannya hilang.
Dalam suatu dialog, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Quraisy ditanya tentang tawakal. Ternyata, pendapat para ulama berbeda-berbeda definisinya tentang tawakal. Ini pertanda, bahwa tawakal itu merupakan pengalaman yang sangat pribadi.
Apakah tawakal itu?
Beliau menjawab, “Tawakal adalah menggantungkan diri kepada Allah pada setiap keadaan, dalam keadaan gembira, berkecukupan, maupun dalam keadaan tidak berkecukupan, sama saja. Hidup ini tergantung kepada Allah, berpegang teguh kepada Allah. Tidak akan menangis meronta-ronta karena kehilangan anggota keluarganya yang dijemput oleh ajal. Tidak akan sedih keterlaluan manakala harta kekayaannya itu dicuri orang. Bahkan, tidak akan menderita sekalipun jika dia digerogoti penyakit, karena hidupnya sudah tergantung sepenuhnya kepada Allah.”
Lalu ditanya lagi, “Apalagi setelah itu?”
Dijawabnya, “Meninggalkan menggantungkan diri pada setiap sebab yang dapat menyampaikan kepada sebab lain, sehingga Al-Haq itu yang memerintahkan untuk demikian.”
Al-Haq yang dimaksud adalah Allah.
Misalkan kita sebagai pegawai. Menjadi pegawai menyebabkan datangnya rezeki. Kalau kita masih menggantungkan diri pada sebab pekerjaan itu sendiri, seolah-olah jika kita tidak bekerja, ataupun kalau nanti di-PHK, maka sudah tak ada lagi kehidupan. Orang yang seperti ini tawakalnya sangat rendah.
Orang yang tawakalnya kepada Tuhan, maka ia takkan pernah takut dipecat. Demi mempertahankan prinsipnya hingga dia di-PHK, maka ini tak ada masalah baginya. Malah sebaliknya, justru orang yang tertindas itu biasanya lebih tinggi loncatan ke atasnya.
Allah mempergilirkan nasib setiap orang. Yang tadinya berkuasa menindas yang lemah, maka kemudian yang lemah malah menjadi penguasa menggantikan dirinya. Jika melakukan pengulangan sejarah, maka akan terjadi lagi pada dirinya. Inilah tabiat naluri kemanusiaan. Tetapi bagi seorang yang tawakal takkan pernah menjalani kegiatan seperti ini. Karena itulah, tidak ada orang yang tertindas. Tertindas dan tidak tertindas baginya sama saja.
Abu Said Ahmad bin Isa Al-Harras menyatakan, bahwa tawakal itu adalah goncangan dengan tanpa ketenangan, dan ketenangan tanpa kegoncangan.
Maksudnya, kalau orang sudah tawakal kepada Allah, maka ia akan tergetar, tergoncang dadanya. Siapakah yang tidak goncang kalau bertemu dengan sang kekasih?
Kegoncangan tanpa ketenangan merupakan suatu isyarat pada perlindungannya kepada wakilnya. Kalau kita sudah berlindung kepada Yang Maha Dahsyat dan Maha Kuat, maka kita akan tersedot oleh energi yang amat besar, hingga diri kita akan goncang.
Ketenangan tanpa kegoncangan juga terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini ibarat satu mata uang yang memiliki dua sisi yang berbeda. Bermohon dan bertawadhu’ di hadapan-Nya, seperti kegoncangan seorang anak kecil dengan tubuhnya kepada ibunya.
Kadang-kadang ketika kita sangat rindu kepada Allah, maka kita seperti kehilangan kekuatan normal kita, seperti kita tidak normal.
Orang tawakal itu ada fenomena fisiknya.
Abu Hasan Ali An-Naishaburi menyatakan, bahwa tawakal itu ada tiga tingkatan: tawakal taslim dan taqwiz. Maka orang yang bertawakal itu merasa tenang dengan janji Allah. Allah berfirman:
Dan tidak ada suatu makhluk melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Q.S. Huud: 6)
Inilah dalil yang digunakan oleh orang-orang yang sampai pada tawakal puncak.
Orang yang bertaslim adalah orang yang menyerahkan diri dan segala urusannya hanya kepada Allah. Itulah Islam. Maka cukup dengan diketahui oleh Allah akan keadaannya, karena Allah mengetahui apa yang ada padanya.
Orang yang bertaqwiz adalah orang yang pasrah, merasa ridha dengan keputusan Allah, yaitu dengan segala yang dilakukan oleh Allah kepadanya, baik itu sesuai dengan maksudnya ataupun tidak.
Kalau orang sudah berkepribadian taslim, maka penyerahan dirinya sangat kuat. Tapi kalau orang sudah bertaqwiz, maka kepasrahan dirinya sangat kuat. Jadi, taqwiz itu diawali dengan taslim. Efek yang timbul dari penyerahan diri itu adalah kepasrahan.
Kalau sudah muncul perasaan ini di dalam diri kita, jadi Islam itu bukan hanya dilakukan, namun juga dirasakan. Islam itu adalah penyerahan diri. Orang yang bertaqwiz itu adalah orang yang sudah pasrah. Jadi, sesudah Islam itu kita harus bertaqwiz.
Penjelasan orang-orang yang bertawakal:
Ketahuilah bahwa ilmu itu dapat mewariskan keadaan. Keadaan itu dapat membuahkan amal perbuatan.
Terkadang orang menyangka, bahwa makna tawakal itu adalah meninggalkan usaha dengan badan.
Bagi orang yang belum berpengalaman menjadi mutawakkilin, maka ia akan menghadap-hadapkan dan mempertentangkan antara tawakal dengan syariah. Sesungguhnya, pembekalan tawakal itu nampak dalam gerak-gerik seorang hamba. Orang yang cerdas menjalani tawakal itu, maka dua-duanya akan sukses. Dunianya akan sukses, akhiratnya akan lebih sukses lagi. Mengapa? Karena baginya pekerjaan dunianya juga merupakan pekerjaan akhirat. Bagi dirinya, pekerjaan dunia dan akhirat itu adalah satu paket. Ini adalah sinergi.
Mampukah kita membedakan teh dengan airnya? Mampukah kita membedakan matahari dengan cahayanya? Mampukah kita membedakan antara laut dengan ombaknya? Mampukah kita membedakan antara api dengan panasnya?
Tidak, kita takkan mampu untuk membedakannya.
Orang yang bertawakal, maka pada satu sisi dia pasrah seperti seonggok mayat, tetapi pada sisi lain dia juga akan menunjukkan sesuatu yang sangat aktif pada dirinya. Aktivitasnya itu ada tiga: dia berjihad, fisiknya bergerak, mengerjakan pekerjaan sosial tanpa mengenal lelah. Hal ini dilakukannya karena dia ikhlas. Ciri orang yang mutawakkilin adalah dia juga berijtihad, berpikir mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan umat.
Dalam suatu riwayat disebutkan:
Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dengan mengendarai unta. Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah untaku aku biarkan saja?”
Dijawab oleh Rasulullah, “Jangan. Ikatkan dahulu unta itu, barulah bertawakal.”
Rasulullah mengajarkan kita, bahwa tawakkal bukanlah dengan cara melepaskan unta pada sembarangan tempat, kemudian menyerahkan kepada Tuhan untuk mengawasinya.
Terkadang orang bertasawuf hanya mengambil satu sisi saja. Terkadang ada yang terlalu rasional, dan terkadang juga ada yang terlalu mistis. Sesungguhnya kedua-duanya tidak bisa dipisahkan. Bagaimanakah dua wujud ini bisa menyatu?
Makna kehidupan ini seperti halnya Tuhan. Tuhan itu mempunyai dualitas. Satu sisi Dia Maha Keras, tapi di sisi lain Dia juga Al-Lathif (Maha Lembut, Maha Halus). Mengapa bisa seperti ini?
Kedua-duanya tidak perlu dipertentangkan, karena merupakan alat kelengkapan yang Allah anugerahkan ke dalam diri kita.
Tawakal berasal dari kata “wakal” yang berarti “mewakilkan”. “Tawakkal” berarti memberikan perwakilan, kepasrahan, dan penyerahan diri kita kepada Allah. “Tawakkal” ialah menyamakan yang ada pada diri manusia, banyak ataupun sedikit.
Dengan kata lain, sepanjang kita masih mau membedakan yang banyak dan yang sedikit di dalam diri kita, maka kita bukanlah orang yang bertawakal. Biasanya kalau kita diberikan banyak, maka kita berterima kasih, tetapi jika diberi sedikit ataupun tak diberi, maka kita mengeluh. Kata-kata banyak dan sedikit bagi orang yang sudah bertawakal kepada Allah tidak lagi menjadi signifikan. Sudahkah kita seperti ini?
Pendapat lain menyatakan, bahwa tawakal adalah menanggalkan keinginan yang bersifat abstrak.
Ada orang yang hidup dengan angan-angan, bercita-cita untuk menjadi ini dan itu. Orang yang bertawakal takkan dibuai oleh angan-angan. Orang yang bertawakal angan-angannya hanyalah ingin menyerahkan dirinya dan Allah menerima dirinya.
Tawakal ialah ketetapan seorang hamba bersama Allah tanpa ketergantungan. Kalau kita masih tergantung kepada makhluk Allah, maka ini bukanlah tawakal.
Seorang istri takkan menggantungkan nasib sepenuhnya kepada suaminya. Demikian pula sebaliknya. Seorang karyawan takkan menggantungkan diri sepenuhnya kepada pimpinannya. Dia tergantung sepenuhnya kepada Allah.
Tawakal ialah menyempurnakan keyakinan kepada Allah. Keyakinan itu takkan terjadi kecuali dengan berbaik sangka kepada Allah, dan mempercayai sepenuhnya terhadap rezeki yang dijanjikan, serta meridhai terhadap ketentuan yang berlaku dari qadha’ dan qadarnya. Jika keyakinan seperti ini sudah sempurna di dalam hati kita, maka inilah yang dinamakan sebagai “tawakkal”.
Selama kita masih mengira-ngira negatif terhadap qadha’ dan qadar Tuhan, berburuk sangka terhadap Tuhan, kecewa terhadap pemberian Tuhan, maka kita tidak termasuk sebagai orang yang “mutawakkilin”.
Tawakal ialah menyempurnakan keyakinan kepada Allah. Kalangan para sufi menganggap, bahwa tawakal adalah “maqam puncak” (anak tangga puncak).
Ada suatu riwayat:
Hasan saudara Sinan mengatakan, sudah empat belas kali aku melaksanakan ibadah haji dengan kaki telanjang bertawakal. Kakiku tertusuk duri, namun aku tidak mencabutnya agar tidak merusak tawakal.
Jangan menggunakan akal untuk mencerna riwayat ini. Yang pasti, kita tidak akan melakukan hal seperti ini. Akal kita mengatakan, bahwa ini adalah orang gila. Namun buktinya, ternyata orang ini tidak merasa sakit, bahkan ia tidak cacat sedikit pun, ia telah bersahabat dengan duri yang menusuknya.
Ada suatu rombongan dari Syam datang ke seorang ulama bernama Bisyr Al-Hafi. Mereka meminta ikut beribadah haji bersama Bisyr. Lalu dijawab oleh Bisyr, bahwa ia mau asalkan mereka akan ikut dengan yang disyaratkannya. Ada tiga persyaratan yang diajukan oleh Bisyr: Pertama, kita tidak boleh membawa perbekalan apapun. Kedua, kita tidak boleh meminta apapun kepada siapapun. Ketiga, kita tidak boleh menerima apapun dari siapapun.
Rombongan dari Syam itu kemudian berkata, bahwa syarat pertama dan kedua sanggup mereka terima. Sedangkan syarat ketiga tak sanggup mereka laksanakan. Maka Bisyr Al-Hafi mengatakan, “Kalau begitu, kalian ini adalah orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dengan tawakal pada perbekalan haji, tidak tawakal kepada Allah.”
Itulah sebabnya, masih banyak di lingkungan Ka’bah orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa, karena menganggap itu adalah Kota Tuhan. Tidak mungkin ada orang yang mati kelaparan kalau ia berangkat dengan tawakal, karena Mekah adalah kota berkah.
Abu Hamzah Al-Khurasani mengatakan:
Suatu saat aku pergi melaksanakan ibadah haji. Di tengah perjalanan, aku terjatuh ke dalam sebuah sumur. Nafsuku mendesak agar aku meminta tolong, namun aku tidak melakukannya, karena aku pasrah untuk menyerahkan segala jiwa ragaku untuk mencari ridha Allah di tanah suci. Begitu aku berpikir demikian, maka lewatlah dua orang laki-laki di pinggir lubang sumur. Salah seorang di antaranya berkata kepada temannya, “Mari kita tutup lubang sumur ini agar tidak ada orang yang terjatuh ke dalamnya!” Temannya kemudian menyetujui hal itu.
Aku ingin berteriak, tetapi aku berkata kepada nafsuku, bahwa aku hanya akan berteriak kepada Dia (Allah) yang lebih dekat kepadaku daripada dua orang itu. Lalu aku terdiam saja hingga mulut sumur itu ditutupi, kemudian dua orang itu pergi.
Satu jam kemudian, aku mendengarkan suara sesuatu yang berisik yang berusaha untuk membuka penutup sumur itu, kemudian mengulur-ngulurkan kakinya ke dalam sumur, sambil ia berkata kepadaku dengan berbisik lembut, “Berpeganglah pada kakiku!”
Lalu aku pun berpegang pada kakinya, dan ia mengeluarkanku dari sumur itu. Ternyata yang mengeluarkanku dari sumur itu adalah seekor binatang buas. Setelah itu, ia pergi dan meninggalkanku. Tiba-tiba aku mendengarkan suara entah dari mana, “Wahai Abu Hamzah, bagaimana pendapatmu? Kami telah menyelamatkanmu dari kebinasaan dengan kebinasaan.”
Sumur membinasakan, seandainya tidak diangkat secepatnya, maka Abu Hamzah akan kehabisan oksigen. Tapi dia diangkat oleh kebinasaan, karena binatang buas yang kelaparan seperti itu memang mencari manusia untuk dimangsa, namun ternyata binatang buas itulah yang menolongnya.
Keajaiban seperti ini pernah kita alami. Ketika kita pernah mencapai suatu puncak tawakal, tidak semua urusan kita itu tawakal puncak kepada Allah. Tetapi insya Allah di antara kita mungkin pernah ada yang mencapai puncak tawakalnya kepada Allah, dan pada saat itu juga Tuhan memberikan keajaiban kepadanya.
Tuhan tidak pernah mengecewakan kekasihnya. Karena itu, jadilah kekasih Tuhan.
Ada yang mengatakan, bahwa berdiam diri: tafakkur, tazakkur, dan pasrah, termasuk juga tidak berdoa terhadap jalan keputusan Allah, maka adalah lebih sempurna, rela menerima apa yang sudah berlalu daripada memilih dan mengikuti hak dan hasrat kemauannya.
Orang yang terlalu banyak berdoa jangan sampai tidak pernah melakukan tazakkur dan tafakkur. Biasanya, orang yang banyak tafakkur itu materi doanya kurang. Biasanya, orang yang banyak materi doanya itu kurang tafakkurnya.
Seandainya ada pilihan, lebih baik mana kita memperdalam tafakkur dan tazakkur kepada Allah, memasrahkan dan menyerahkan diri menyebut nama-Nya dibandingkan berdoa sebanyak-banyaknya?
Ternyata, lebih baik tafakkur sebanyak-banyaknya dibandingkan berdoa sebanyak-banyaknya. Dalam suatu hadis shahih disebutkan:
Barangsiapa lebih sibuk berzikir kepada-Ku daripada berdoa, niscaya Aku akan memberikan yang lebih utama daripada yang diberikan kepada orang-orang yang meminta kepada-Ku.
Berdoa itu mulia. Tetapi jauh lebih mulia kalau kita berzikir dan bertafakkur kepada-Nya. Yang keluar dari mulut orang-orang yang mencari Tuhan itu sesungguhnya bukanlah doa, melainkan munajjat.
Munajjat itu misalkan permohonan doanya paling-paling hanya satu dua buah saja, yang banyak itu adalah penyerahan dirinya kepada Tuhan, kepasrahan dirinya kepada Tuhan, memuji-muji Tuhannya, merindukan Tuhannya, merindukan Nabinya, memohon agar rindunya terhadap Rasulullah disampaikan oleh Allah. Yang sering keluar adalah permohonan pengampunan dosa. Mana ada doa-doa para wali yang meminta kendaraan mewah, yang meminta jabatan seperti halnya kita. Bagi mereka, itu adalah sampah-sampah dunia yang tidak mesti kita rindukan. Permintaan yang paling mulia ialah tafarruq ilallah (mendekatkan diri kita kepada Allah).
Jangan sampai doa yang kita panjatkan kepada-Nya itu didikte oleh hawa nafsu kita. Pekerjaannya rasio adalah selalu meminta hal-hal yang materialistis, juga kepuasan biologis. Pekerjaan nafsu adalah selalu ingin puas dengan seleranya, sehingga rohaninya tidak pernah kebagian konsumsi. Konsumsi rohani adalah tafarruq ilallah (kedekatan diri dengan Allah).
Mungkin kita memang masih jauh kelas tawakal seperti ini. Tetapi, paling tidak kita tahu, bahwa sudah ada orang yang sampai ke tingkat tawakal yang tinggi. Dan orang yang sudah sampai ke tingkat tawakal yang tinggi ini sudah begitu banyaknya. Dengan demikian, setidaknya dalam diri kita ada prinsip “mengapa mereka bisa, kita tidak bisa?” Tidak ada dispensasi Tuhan bahwa orang yang bisa tawakal hingga tingkat yang tinggi itu hanya para nabi. Siapapun anak cucu Adam bisa naik ke jenjang puncak tawakal. Tidak peduli miskin, tidak peduli kaya, melainkan siapapun bisa.
Ada sahabat Rasulullah yang bernama Sahal, ia ditanya tentang tawakal.
“Apakah serendah-rendahnya tawakal?”
Dijawab oleh Sahal, “Meninggalkan anak-anak.”
Ditanya lagi, “Apakah tawakal yang sedang?”
Jawabnya, “Meninggalkan ikhtiar.”
Kemudian ditanya lagi, “Apakah tawakal yang tertinggi?”
“Tidak ada yang mengetahuinya, kecuali orang yang telah sampai di tengahnya tawakal.”
Sepanjang kita masih dipenuhi oleh angan-angan, apalagi angan-angan duniawi, meskipun itu hak kita, dan itu tidak terlarang, tetapi kalau angan-angan itu memadati pikiran kita, memadati benak kita, maka salat tahajud kita di tengah malam pun sepertinya tak ada gunanya jika dilihat dari perspektif tasawuf.
Seharusnya yang kita ingat hanya Allah yang berdekatan dengan kita di tengah malam itu, namun mengapa yang kita ingat terus malahan adalah angan-angan duniawi itu?
Sudah lupa berapa rakaat yang kita lakukan. Bukan lupa karena ingat Tuhan, melainkan lupa karena angan-angan di dalam benaknya itu dipakai salat tahajud, sehingga salat tahajudnya itu entah ke mana perhatiannya. Begitu juga ketika ia melakukan ibadah yang lain, tetap saja tidak mempan untuk mendekatkan diri dengan Allah, karena dia terhijab (terdinding) oleh angan-angannya itu, walaupun angan-angan itu mulia baginya dan tidak haram. Lebih celaka lagi kalau angan-angannya itu adalah angan-angan yang haram. Isi salat tahajudnya adalah angan-angan, sampah-sampah duniawi, sedangkan Tuhannya hilang.
Dalam suatu dialog, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Quraisy ditanya tentang tawakal. Ternyata, pendapat para ulama berbeda-berbeda definisinya tentang tawakal. Ini pertanda, bahwa tawakal itu merupakan pengalaman yang sangat pribadi.
Apakah tawakal itu?
Beliau menjawab, “Tawakal adalah menggantungkan diri kepada Allah pada setiap keadaan, dalam keadaan gembira, berkecukupan, maupun dalam keadaan tidak berkecukupan, sama saja. Hidup ini tergantung kepada Allah, berpegang teguh kepada Allah. Tidak akan menangis meronta-ronta karena kehilangan anggota keluarganya yang dijemput oleh ajal. Tidak akan sedih keterlaluan manakala harta kekayaannya itu dicuri orang. Bahkan, tidak akan menderita sekalipun jika dia digerogoti penyakit, karena hidupnya sudah tergantung sepenuhnya kepada Allah.”
Lalu ditanya lagi, “Apalagi setelah itu?”
Dijawabnya, “Meninggalkan menggantungkan diri pada setiap sebab yang dapat menyampaikan kepada sebab lain, sehingga Al-Haq itu yang memerintahkan untuk demikian.”
Al-Haq yang dimaksud adalah Allah.
Misalkan kita sebagai pegawai. Menjadi pegawai menyebabkan datangnya rezeki. Kalau kita masih menggantungkan diri pada sebab pekerjaan itu sendiri, seolah-olah jika kita tidak bekerja, ataupun kalau nanti di-PHK, maka sudah tak ada lagi kehidupan. Orang yang seperti ini tawakalnya sangat rendah.
Orang yang tawakalnya kepada Tuhan, maka ia takkan pernah takut dipecat. Demi mempertahankan prinsipnya hingga dia di-PHK, maka ini tak ada masalah baginya. Malah sebaliknya, justru orang yang tertindas itu biasanya lebih tinggi loncatan ke atasnya.
Allah mempergilirkan nasib setiap orang. Yang tadinya berkuasa menindas yang lemah, maka kemudian yang lemah malah menjadi penguasa menggantikan dirinya. Jika melakukan pengulangan sejarah, maka akan terjadi lagi pada dirinya. Inilah tabiat naluri kemanusiaan. Tetapi bagi seorang yang tawakal takkan pernah menjalani kegiatan seperti ini. Karena itulah, tidak ada orang yang tertindas. Tertindas dan tidak tertindas baginya sama saja.
Abu Said Ahmad bin Isa Al-Harras menyatakan, bahwa tawakal itu adalah goncangan dengan tanpa ketenangan, dan ketenangan tanpa kegoncangan.
Maksudnya, kalau orang sudah tawakal kepada Allah, maka ia akan tergetar, tergoncang dadanya. Siapakah yang tidak goncang kalau bertemu dengan sang kekasih?
Kegoncangan tanpa ketenangan merupakan suatu isyarat pada perlindungannya kepada wakilnya. Kalau kita sudah berlindung kepada Yang Maha Dahsyat dan Maha Kuat, maka kita akan tersedot oleh energi yang amat besar, hingga diri kita akan goncang.
Ketenangan tanpa kegoncangan juga terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini ibarat satu mata uang yang memiliki dua sisi yang berbeda. Bermohon dan bertawadhu’ di hadapan-Nya, seperti kegoncangan seorang anak kecil dengan tubuhnya kepada ibunya.
Kadang-kadang ketika kita sangat rindu kepada Allah, maka kita seperti kehilangan kekuatan normal kita, seperti kita tidak normal.
Orang tawakal itu ada fenomena fisiknya.
Abu Hasan Ali An-Naishaburi menyatakan, bahwa tawakal itu ada tiga tingkatan: tawakal taslim dan taqwiz. Maka orang yang bertawakal itu merasa tenang dengan janji Allah. Allah berfirman:
Dan tidak ada suatu makhluk melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Q.S. Huud: 6)
Inilah dalil yang digunakan oleh orang-orang yang sampai pada tawakal puncak.
Orang yang bertaslim adalah orang yang menyerahkan diri dan segala urusannya hanya kepada Allah. Itulah Islam. Maka cukup dengan diketahui oleh Allah akan keadaannya, karena Allah mengetahui apa yang ada padanya.
Orang yang bertaqwiz adalah orang yang pasrah, merasa ridha dengan keputusan Allah, yaitu dengan segala yang dilakukan oleh Allah kepadanya, baik itu sesuai dengan maksudnya ataupun tidak.
Kalau orang sudah berkepribadian taslim, maka penyerahan dirinya sangat kuat. Tapi kalau orang sudah bertaqwiz, maka kepasrahan dirinya sangat kuat. Jadi, taqwiz itu diawali dengan taslim. Efek yang timbul dari penyerahan diri itu adalah kepasrahan.
Kalau sudah muncul perasaan ini di dalam diri kita, jadi Islam itu bukan hanya dilakukan, namun juga dirasakan. Islam itu adalah penyerahan diri. Orang yang bertaqwiz itu adalah orang yang sudah pasrah. Jadi, sesudah Islam itu kita harus bertaqwiz.
Penjelasan orang-orang yang bertawakal:
Ketahuilah bahwa ilmu itu dapat mewariskan keadaan. Keadaan itu dapat membuahkan amal perbuatan.
Terkadang orang menyangka, bahwa makna tawakal itu adalah meninggalkan usaha dengan badan.
Bagi orang yang belum berpengalaman menjadi mutawakkilin, maka ia akan menghadap-hadapkan dan mempertentangkan antara tawakal dengan syariah. Sesungguhnya, pembekalan tawakal itu nampak dalam gerak-gerik seorang hamba. Orang yang cerdas menjalani tawakal itu, maka dua-duanya akan sukses. Dunianya akan sukses, akhiratnya akan lebih sukses lagi. Mengapa? Karena baginya pekerjaan dunianya juga merupakan pekerjaan akhirat. Bagi dirinya, pekerjaan dunia dan akhirat itu adalah satu paket. Ini adalah sinergi.
Mampukah kita membedakan teh dengan airnya? Mampukah kita membedakan matahari dengan cahayanya? Mampukah kita membedakan antara laut dengan ombaknya? Mampukah kita membedakan antara api dengan panasnya?
Tidak, kita takkan mampu untuk membedakannya.
Orang yang bertawakal, maka pada satu sisi dia pasrah seperti seonggok mayat, tetapi pada sisi lain dia juga akan menunjukkan sesuatu yang sangat aktif pada dirinya. Aktivitasnya itu ada tiga: dia berjihad, fisiknya bergerak, mengerjakan pekerjaan sosial tanpa mengenal lelah. Hal ini dilakukannya karena dia ikhlas. Ciri orang yang mutawakkilin adalah dia juga berijtihad, berpikir mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan umat.
Dalam suatu riwayat disebutkan:
Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dengan mengendarai unta. Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah untaku aku biarkan saja?”
Dijawab oleh Rasulullah, “Jangan. Ikatkan dahulu unta itu, barulah bertawakal.”
Rasulullah mengajarkan kita, bahwa tawakkal bukanlah dengan cara melepaskan unta pada sembarangan tempat, kemudian menyerahkan kepada Tuhan untuk mengawasinya.
Terkadang orang bertasawuf hanya mengambil satu sisi saja. Terkadang ada yang terlalu rasional, dan terkadang juga ada yang terlalu mistis. Sesungguhnya kedua-duanya tidak bisa dipisahkan. Bagaimanakah dua wujud ini bisa menyatu?
Makna kehidupan ini seperti halnya Tuhan. Tuhan itu mempunyai dualitas. Satu sisi Dia Maha Keras, tapi di sisi lain Dia juga Al-Lathif (Maha Lembut, Maha Halus). Mengapa bisa seperti ini?
Kedua-duanya tidak perlu dipertentangkan, karena merupakan alat kelengkapan yang Allah anugerahkan ke dalam diri kita.
Micro Komputer
Sony
VAIO UX Series VGN-UX280P Micro Computer with 1.20GHz Intel Core
Solo Processor U1400 CPU, 1GB (1x1GB) RAM, 40GB 4200RPM Hard Drive,
Intel Graphics Media Accelerator 950 Graphics, 4.5" Wide/Touchscreen
Display, Bluetooth, 802.11a/b/g Wi-Fi, Windows XP Professional Edition
SP2, 1.2LB
- Cingular SIM Card
- Standard Lithium-Ion Battery (VGP-BPS6)
- AC Adapter (VGP-AC16V7)
- Port Replicator (VGP-PRUX1)
- Soft Carrying Case
- Power Cord
- Stylus
- VGA/LAN Adapter with Ethernet, VGA-Out and A/V Out
- Strap
- Detachable Stand
- 2 x Additional Stick Pointer Caps
-
Software Bundle
- Microsoft Windows XP Professional Edition with Service Pack 2
- Symantec Norton Internet Security with 60-Day Subscription
- TrendMicro Anti-Spyware 30-Day Trial
- Microsoft Works 8.5
- Microsoft Office 2003 60-Day Trial Version
- Microsoft Streets & Trips
- Pen Plus
- SmartDraw Suite Edition 30-Day Trial
- VAIO Touch Launcher
- Apik yo cilik kenek dikantongi....xixixixi