Stalker
atau dalam bahasa Indonesia adalah Penguntit merupakan perilaku yang
sangat meresahkan bagi para korbannya, bayangkan diri anda diikuti oleh
seseorang tanpa sepengetahuan anda pastilah keadaan ini sangatlah
mengganggu bagi anda sekalian, apalagi sam pai memberikan ancaman dan
juga ketidaknyamanan kepada diri kita. Menurut Dr. J. Reid Moley yang
merupakan seorang penulis dari Violent Attachmentsdan yang juga merupakan
editor dari The Psychology of
Stalkingmengatakan bahwa bentuk cinta patologis biasa
muncul pada kaum pria.Yang mana gejalanya
selalu diikuti oleh gejala sebagai berikut:
1. setelah pertemuan
pertama, Stalker
akan mengembangkan perasaan seperti kegila-gilaan dan menempatkan objek
cinta mereka pada bentuk pemujaan.
2. Sang penguntit stalker kemudian akan
memulai pendekatan kepada objek namun ketika hubungan itu terjadi
stalker akan membuat perilaku mereka merujuk pada penolakan terhadap
sang objek.
3. penolakan yang ia lakukan kemudian akan
menimbulkan delusi dan kemudian stalker tersebut akan memproyeksikan persaannya
kepada sang objek dalam bentuk keyakinan bahwa “dia mencintai saya
juga”.
4. penguntit tersebut akan selalu mengembangkan sebuah
bentuk kemarahan untuk menyembunyikan rasa malunya yang merupakan bahan
bakar dari pengejaran terhadap objeknya. Sekarang ia ingin mengontrol
kepada bentuk gangguan atau bahkan kekerasan.
5. Stalker memiliki keharusan dalam menyalurkan fantasi narsistisnya.
6.
kekerasan adalah hal yang paling sering dilakukan ketika objek cinta
dituduh bersalah sebagai bentuk dari imajinasi akan pengkhianatan.
Meloy
mengatakan bahwa setiap stalker adalah seorang psikopat yang dengan
kata lain mereka memiliki taraf empati pada tingkat yang rendah atau
telah kehilangan akan empati itu sama sekali. Hubungan yang mereka
jalani cenderung menjadi sadistis dikarenakan berdasarkan akan keinginan
untuk berkuasa atas yang lainnya. Dikatakan juga bahwa hal ini
berhubungan dengan kedekatan awal masa kehidupan yang mereka alami,
dimana mereka tidak mendapatkan kasih sayang yang baik dari oragn-orang
terdekatnya (keluarga). Meloy juga mengatakan bahwa seorang psikopat
secara biologis memiliki predisposisi untuk melakukan aktivitas
antisosial karena mereka miliki sistem saraf otonomik yang
hiper-reaktif. Kejahatan atau eksploitasi terhadap orang lain bersifat
sangat menarik untuk mereka. Yang dengan demikian maka berarti mereka
termotivasi untuk melakukan sesuatu yang menegangkan sistem saraf mereka
dan mereka tidak memiliki perasaan saat menyakiti orang lain seperti
halnya orang normal.
Menurut data Departemen Hukum di Amerika,
selama setahun saja mereka telah menerima laporan bahwa 1,5 juta orang
disana telah di-stalking dan lebih dari 2/3nya adalah
perempuan. Juga fakta bahwa 90% wanita dibunuh oleh suami atau pasangan
mereka dengan sebelumnya telah di-stalking. Perbandingannya adalah 1 diantara 12
wanita dan 1 diantara 45 pria merupakan korban stalkingdi Amerika.
Diramalkan kira-kira 10 juta orang akan menjadi korban stalker dimasa
depan. Sedangkan diantara para selebritis dan orang-orang kelas atas
sendiri, satu perusahaan keamanan telah mengumpulkan lebih dari 300.000
komunikasi yang berhubungan dengan kegiatan stalking
Sementara banyak stalker hanya melakukan
kejahatan dalam bentuk ancaman, hanya sedikit persentase yang
membuktikan mereka melakukan ancaman mereka, menghancurkan properti dan
menyakiti hewan peliharaan. Dengan meningkatnya popularitas Internet, Cyberstalking telah
menjadi suatu bentuk baru dari lahan yang berbahaya. Banyak Stalker yang sebelumnya
telah memiliki catatan kriminal dan juga menunjukkan adanya tindak
kekerasan yang pernah dilakukan, gangguan mood, gangguan kepribadian
atau juga psikosis. Setidaknya setengah dari stalker melakukan bentuk ancaman kepada korban
mereka, dimana peningkatan kemungkinan untuk tindakan kekerasan semakin
terjadi. Frekuensi dari tindaka kekerasan berkisar 25% sampai 35%,
dengan kebanyakan tindak kekerasan terjadi diantara orang-orang yang
sebelumnya memiliki hubungan yang romantis dimasa yang lalu.
Gangguan
buruk ini terjadi karena Stress emosional yang hebat kepada target yang
akan menjadi korban. Beberapa orang telah kehilangan pekerjaan mereka
atau secara terpaksa mengganti identitas diri mereka dan berpindah.
Kemungkinan mereka mendapatkan suatu bentuk kecemasan yang ekstrim,
gangguan tidur dan juga depresi. Beberapa bahkan melakukan bunuh diri.
Jika mereka memiliki anggota keluarga atau anak yang berada dibawah
ancaman, mereka akan merasa bersalah dan memiliki rasa takut yang
berlebihan kepada orang lain. walaupun kecelakaan ini dilaporkan, namun
penahanan secara hukum hanya dapat dilakukan dalam lingkup kecil,
terhadap gangguan yang bersifat verbal. Pada kenyataannya beberapa hukum
telah digunakan sebagai suatu resiko dasar dari bahaya atau suatu
bentuk pola kejadian sebelum perlindungan secara formal ditawarkan.
Tidak
mudah untuk memprediksi siapa yang menjadi stalker. Mungkin saja ia adalah bekas pacar
atau mungkin juga seseorang biasa yang telah menentukan targetnya dalam
sebuah pertemuan dengan calon korban. Juga mungkin tetangga yang
memiliki sikap permusuhan, atau seorang penjaga toko video dan mungkin
juga hanya seseorang yang hanya pernah melihat korbannya di jalanan.
Bahkan seseorang yang tidak memiliki obsesi terhadap tindakan pelecehan
sebelumnya dapat menjadi pelaku dalam jenis kejahatan ini. Menurut Janet
S. Rulo-Pierson, seorang konselor rumah sakit, hal ini dikarenakan
mereka merubah secara perlahan dunia kenyataan ke dunia imajinasi yang
ternyata lebih memberikan kenyamanan dan juga kekuatan.
Beberapa
sifat-sifat stalker
telah dikembangkan dan menurut Dr. Michael Zona dan koleganya dari
University Of Southern California School Of Medicine, Stalker muncul
dalam 3 varietas dengan corak jahat dalam stalking yang terbagi dalam 4 kategori penting,
sebagai berikut:
1. Obsesi Sederhana
Hal ini kebanyakan
terjadi pada seorang pria dengan seorang wanita, dimana keduanya pernah
berada pada keadaan keintiman seksual.
2. Cinta Obsesional
Cinta-obsesional
yang dimiliki seorang Stalker cenderung kepada pemikiran tentang
seseorang selebritis atau seseorang yang telah ia lihat dari kejauhan
dan kemudian diastalker mengembangkan kepercayaan yang tidak
realistis didalam kepalanya bahwa sang target memiliki persetujuan untuk
menjalin hubungan dengan dirinya.
3. Erotomania
Seseorang
yang mengalami keadaan ini memiliki tingkat obsesi yang lebih ekstrim
dikarenakan mereka percaya dengan yakin bahwa korban mereka memiliki
perasaan cinta kepada mereka.
4. Pencari Korban Secara Acak
Menuntut
gangguan dan perilaku stalking ketika tidak ada, perilaku ini biasanya
terjadi pada seseorang yang memiliki gangguan kepribadian histrionik.
Metode
lain yang digunakan untuk kategorisasi stalker datang dari panduan klasifikasi tindak
kejahatan milik F.B.I, sebagai berikut:
1. Non-domestic stalker, yaitu
mereka yang melakukannya dengan tidak memiliki hubungan personal dengan
korban.
2. Terorganisir, mereka yang melakukannya atas dasar kalkulasi dan tindak agresi yang terkendali.
3. Delusional, mereka yang melakukannya atas dasar keyakinan sesat seperti erotomania
4. Domestic stalker,
mereka yang pernah memiliki hubungan dengan korban dan merasa
termotivasi untuk melanjutkan hubungan, hal ini merupakan dasar dari 60%
perilaku stalking dan bentuk agresi ini akan berlanjut pada bentuk
kekerasan.
Stalker cenderung menjadi tidak terkendali atau dibawah kendali,
tetapi selalu lebih cerdik dari pada bentuk kriminal yang lain. mereka
sering kali memiliki pengalaman gagal dalam sebuah hubungan. Mereka juga
cenderung untuk menyakiti korban mereka dan juga secara seksual. Mereka
juga selalu mengidealisasikan orang lain, dan cenderung meminimalisasi
apa yang mereka kerjakan untuk terlihat. Proyek yang bermotif kepada
orang-orang biasanya tidak memiliki dasar yang benar, dan
merasionalisasi bahwa target memang pantas untuk menerima gangguan dan
juga kekerasan.
Demikian, stalker melihat aksi mereka dengan kerangka
kerja yang berdasarkan pada waham dan mereka juga tidak membutuhkan
bantuan saat melakukan aksinya. Bahkan sebagian melakukannya dengan cara
yang profesional. setiap pelaku kasus yang ada dalam suatu kejadian
sebenarnya dapat diperbaiki dengan menyerahkannya kepada terapis.